Map Hit Counter

Tuesday, September 12, 2017

Srikandi Perang Kerinci

Hj. FATIMAH
Srikandi Perang Depati Parbo.

oleh Aulia Tasman*

Hj. Fatimah dikenal sebagai Srikandi Perang Depati Parbo. Beliau lahir di Desa Lolo Kecil, mempunyai suami bernama Canai gelar Orang Tuo Lingkat yang berasal dari dari Lempur dan mereka tidak punya anak. Suatu saat beliau meminta suaminya untuk mengawini saudara dekatnya bernama Tampung orang Lolo Gedang dengan tujuan agar mendapatkan keturunan sebagai penyambung silsilah keluarga, dan keluarga ini hidup rukun dan damai dalam suasana hubungan kekeluargaan yang sangat kental.

Dengan isteri keduanya mempunyai anak tiga orang: 1. Tilong berkembang di Lempur. 2. Bangua berkembang di Lolo Gedang dan 3. Nyelai berkembang di Lolo Hilir. 

Pada tahun 1902 suami beliau sakit, oleh Hj. Fatimah minta dirawat jangan di Lolo Gedang, dan meganjurkan untuk dirawat di Lempur di rumah cucunya bernama Ji’un (H. Muhammad Room) dan istrinya Pirek (nenek saya sendiri atau ibu dari bapak saya). Alasan di rawat di Lempur karena di Lolo Lagi tidak aman karena perang dan perang gerilya terus dikumandangkan oleh Depati Parbo dan pendekar-pendekar Kerinci dengan Benteng Lolo Gedang sebagai pusat pertahanan. Hj. Fatimah adalah saudara sepupunya Kasib gelar Depati Parbo. Hj. Fatimah menyadari betul bahwa kondisi sangat tidak nyaman untuk perawatan suami beliau di Lolo Kecil atau Lolo Gedang. Oleh sebab itu suami yang sedang sakit tersebut harus diungsikan ke tempat yang lebih aman. Pengungsian ke Dusun Lempur Tengah adalah pilihan karena tentara Belanda masuk ke Kerinci lewat Koto Limau Sering. Namun Belanda punya siasat perang dengan menyerang dari beberapa pintu masuk ke Kerinci yaitu melalui Koto Limau Sering yang dari Tapan, Muaro Emat yang dari Bangko, dan tanpa diketauhi Belanda juga menyerang dari Muko-muko melalui Lempur. 

Setelah Benteng Pertahanan Depati Agung yang ada di ujung Dusun Lempur (di dekat Gerbang mulai berangkat wisatan ke Danau Kaco), kemudian melanjutkan pertempuran di Dusun Lempur. Kebetulan rumah cucu beliau atau tempat suami Hj. Fatimah dirawat di Lempur berada diluar dusun diserang Belanda dan suami beliau tertembak Belanda dan meninggal dunia di tempat kejadian. Banyak penduduk tidak bersalah ikut jadi korban keganasan tentara Belanda. Banyak rumah penduduk di dusun Lempur yang rusak karena serangan mendadak tentara Belanda tersebut. 

Suami Hj. Fatimah dikuburkan di Talang Aro - Dusun Lempur, dan sampai sekarang kuburan beliau masih terawat dengan baik. Segera berita sedih itu oleh keluarga disampaikan pada Hj. Fatimah yang sedang berada di dusun Lolo Kecil. Beberapa pendekar dari Lempur menyusup ke Lolo Kecil untuk mengabarkan bahwa suami Hj. Fatimah sudah meninggal di Lempur. 

Mendapat berita yang tidak pernah beliau bayangkan tersebut membangkitkan kebencian dan semangat juang Hj. Fitimah bersama pendekar-pendekar lain di Benten Pertahanan Lolo Geang. Beliau mempersiapkan diri dengan beberapa senjata tradisional, beliau bergabung dengan tentara Kerinci dibawah komando Depati Parbo, Depati Agung dan Depati Nali. Dalam mempertahankan benteng di pendakian Lolo Gedang Hj. Fatimah dengan tekad yang membara dan dendam kepada Belanda ikut mengatur siasat perang. Beliau tidak segan-segan berada di garda depan menyonsong tentara Belanda. 

Banyak orang tentara Belanda terperangkap pada celah sempit dekat pendakian Lolo Gedang, dan pada waktu itulah dengan menggunakan senjata sederhana -pedang, parang, golok, bambu runcing, keris dan senjata tradisional lainnya pemuda Lolo Gedang dan Lempur menyonsong tentara Belanda yang sudah terjepit mati terbunuh. Pada suatu kesempatan Hj. Fatimah dengan gagah berani maju ke depan bertempur menyongsong tentara Belanda dengan senjata yg lebih modern. Dengan semangat juang yang dikobarkan tidak pernah luntur dan beliau sendiri dapat membunuh dua orang tentara Belanda dengan senjata beliau sendiri. Namun akhirnya beliau meninggal syahid ditembak Belanda meninggal dalam pertempuran tersebut dan beliau dikuburkan di Lolo Kecil. …*

Catatan: 
Demikian tambahan informasi yang mungkin belum pernah terungkapkan dalam sejarah Perang Depati Parbo. Tapi sangat disayangkan kuburan-kuburan tentara Belanda itu dibongkar sewaktu menbangun Gedung Pemuda Lolo Gedang sehingga bukti sejarah tersebut tidak dapat dilihat oleh generasi sekarang. 

Sewaktu pembongkaran kuburan Hj. Fatimah oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk dikuburkan berdampingan dengan kuburan Depati Parbo, di dalam kuburan tersebut ditemuka beberapa peluru dan dipastikan adalah peluru tentara Belanda yang ditembakkan ke badan beliau dan yang menyebabkan kematian Srikandi Kerinci yang amat kita muliakan. Demikian sedikit pencerahan...

*http://tasman1959.blogspot.co.id/2014/05/hj-fatimah-srikandi-perang-depati-parbo.html

No comments: